Membahas industri berbasis SDA (Sumber Daya Alam) dengan high technology, kalau ada yg masih ragu apakah bisa bersaing dan apakah bisa dapat export untuk mendapatkan devisa. Karena dengan teori susah untuk menerima argumentasi, maka saya kasih contoh saja dari export pasir nikel. Saya jelaskan SDA pasir nikel itu di export jutaan ton dgn harga $40 /ton dengan kandungan nikel 2%.
Dengan menjual pasir nikel $40 per ton berarti nilai jual logam murni nikel dalam pasir nikel itu harganya adalah:
(100 : 2) × $40 = $2,000 perton. Apabila pasir nikel diolah dgn high tech yaitu HPAL technology atau Direct Process akan dihasilkan nikel murni dgn harga $15.000 /ton dan pernah mencapai harga $57,000 /ton pada tahun 2007 berapa keuntungan negara dari nilai tambah nikel setelah di proses? Pertanyaan berikutnya apa laku? Mari ambil contoh andaikan ada perusahaan asing yg import pasir nikel sebanyak 4 juta ton yg bisa menghasilkan nikel murni 80,000 ton pertahun.
Apabila 80,000 pasir nikel di stop dan bangun pabrik nikel oleh negara maka penerimaan negara akan naik dari harga nikel $2000 /ton, jadi minimum $15,000 /ton. Disamping itu pabriknya pasti bisa bersaing dengan pabrik nikel yg ada diluar negri karena dari transportasi bijih nikel aja sudah bisa menghemat sebeser 4 juta x $ 40 (harga transportsi bijih nikel $40 /ton) = $160 juta dan negara yg membutuhkan nikel untuk bermacam-macam industri pasti import nikel dari pabrik yang dibangun di Indonesia, seperti negara-negara yang tadinya import concentrate tembaga jadi import tembaga murni dari pabrik smelter di Gresik. Itu bisnis industri berbasis SDA logam. Selamat berlibur.
RP