Memang China luar biasa dlm pembangunan industrinya. Jangan jauh-jauh dibanadingkan dengan China. Mari bandingkan dengan negara tetangga Singapura yg tidak memiliki migas dan batubara tapi tidak import BBM dan dan bisa export produk petrokimia hulu. Kapasitas kilang Singapur 1,29 juta barrel perhari, Indonesia hanya 1 juta barrel perhari karena sejak thn 2000 praktis tidak ada tambahan industri kilang dan akibatnya saat ini Indonesia import BBM 800.000 barrel perhari sehingga Ingonesia harus bayar biaya kilang diluar negri $10 juta perhari (pada harga minyak $50 per barrel) dan disisi lain Indonesia harus import produk petrokimia misalnya bahan baku tekstil utk polyester yaitu PX (paraxylene) kapasitas produksi Praxylene Indonesia dgn jumlah penduduk terbesar di ASEAN produksinya hanya 270.000 ton pertahun jauh dibawah Singapura dgn kapasitas 440.000 ton, Thailand 1,2 juta ton dan Vietnam saat ini merencanakan akan bangun dgn kapasitas 860.000 ton. Demikian juga bahan baku utk plastik dan pipa PVC yaitu ethylene Indonesia harus impor kurang lebih 1,2 juta ton pertahun karena kapasitas produksi ethylene Indonesia hanya 0,8 juta ton pertahun jauh dibawah Malaysia 1,8 juta ton, Singapur 2,7 juta ton dan Thailand 3,2 juta ton dan masih banyak lagi Indonesia tergantung dari luar.
Dampak tidak ada pembangunan industri maka GDP perkapita dan cadangan devisa Indonesia dibawah Singapur, Malaysia dan Thailand. Yang disayangkan yang digalakan saat ini infrastruktur dengan dibentuknya lembaga keuangan seperti KPPIP (Komite Percepatan Pembangunan Infrastrukur Prioritas) dan SMI (Sarana Multi Infrastruktur) sedangkan untuk industri belum ada. Singapura, Taiwan, Korea, Jepang jadi negara maju karena dari industri meskipun dengan import SDA (Sumber Daya Alam) dan sekarang dilakukan China. China membangun industri hulu dan industri antara berbasis SDA dari migas dan batu bara saja tahun 2008 sampai tahun 2015 rata-rata tiap tahun 250 pabrik, itu belum termasuk industri hilirnya. Itu hanya dari migas dan batubara belum dari industri berbasis logam dan dampak dari industri itu selain menambah lapangan kerja juga menambah penerimaan negara dan cadangan devisa.
Maka tidak aneh kalau China bisa melakukan research dan bangun infrastruktur secara besar-besaran di mana-mana karena cadangan devisa China tahun 2013 saja sudah diatas $3 triliun dari hasil industrinya, padahal thn 1995 cadangan devisa China masih seratusan miliar dollar. Sebagai tambahan tahun 1995 China import pupuk urea kurang lebih 4 juta ton pertahun dan Indonesia salah satu pemasoknya dan sekarang China export pupuk. Itulah keajaiban China karena pembangun industrinya dgn meniru Korea dan Jepang.
Selamat berlibur.
RP